Global Village adalah perayaan budaya yang merupakan salah satu event dari AIESEC yaitu memperkenalkan negara masing-masing melalui bernyanyi, menari, makanan, bahasa, adat istiadat, pakaian adat, musik dan tradisi. Event ini diselenggarakan pada 2 April 2016 di Palniarmia, Poznan yang diikuti oleh para peserta AIESEC dari berbagai negara.
Global Village mendorong keberlanjutan sosial, kesadaran dunia, dan pemahaman budaya dengan cara menghidupkan kembali konsep umum dunia menjadi ‘desa global’ dan menginspirasi orang untuk memahami dan menghargai keunikan dan perbedaan dari masing-masing negara yang selanjutnya memberikan kontribusi untuk perdamaian.
Dalam event ini para peserta diwajibkan untuk mempersiapkan beberapa makanan tradisional, mengenakan pakaian adat, menyanyikan lagu kebangasaan, dan mengajarkan beberapa kata dalam bahasa negara masing-masing serta menjadi duta budaya.
Delegasi di bagi menjadi beberapa stand berdasarkan asal negara masing-masing. Para pengunjung di event ini tidak hanya berasal dari Polandia tetapi juga dari negara-negara tetangga, seperti Jerman, Republik Ceko, Perancis, dan bahkan ada beberapa pengunjung yang berasal dari Amerika Latin. Delegasi asal Indonesia-Yulia Sasmiranti dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) dan Faiz Albi Talha dari Universitas Padjajaran Bandung mewakili stand Indonesia.
Menurut penuturan Yulia, ia memperkenalkan budaya Sumbawa dengan cara menyajikan beberapa makanan tradisional dari Sumbawa seperti ; Manjareal dan permen susu kerbau, memperkenalkan Serunai sebagai instrumen musik tradisional dari Sumbawa, serta mengenakan pakaian adat Sumbawa seperti “Lamung Pene”, “Kre Alang”, dan “Cipo Cila”.
Bahkan para pengunjung diberikan kesempatan untuk mencoba mengenakan pakaian adat Sumbawa, yaitu “Lamung Pene” dan “Cipo Cila”, mencicipi manjareal dan permen susu kerbau serta memainkan Serunai (tiup serunai). Pengunjung sangat terkesan dengan budaya Sumbawa terutama ketika pengunjung mencicipi manjareal dengan rasanya yang unik, bahkan ada beberapa pengunjung yang kembali lagi ke stand Indonesia hanya untuk mencicipi manjareal lagi. Ketika pengunjung wanita mencoba mengenakan pakaian adat Sumbawa “Lamung Pene” dan “Cipo Cila” para pengunjung berkata bahwa mereka merasa seperti seorang putri.