Anawati M.Sc, dosen Fakultas Pertambangan Universitas Teknologi Sumbawa terpilih sebagai salah satu peneliti dari 10 peneliti yang menjadi delegasi Indonesia untuk menghadiri “Research Networking Workshop”yang diselenggarakan atas kerjasama Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia-Research Council Of United Kingdom (DIPI-RCUK) di Swissotel Nai Lert Park, Bangkok, Thailand pada 15 sampai 16 Juni 2016.
Tujuan dari pertemuan yang penyelenggaraannya didanai sepenuhnya oleh Newton Fund yang merupakan organisasi gabungan dari 14 negara dana riset di Inggris ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi para peneliti UK untuk mencari partner institusi penelitian di 3 negara Asia (Indonesia, Thailand dan Vietnam). dimana Newton Fund akan menggelontorrkan dana penelitian konsorsium sebanyak 735 pounsterling atau setara dengan 14 triliun rupiah untuk periode tujuh tahun.
Workshop dihadiri oleh sebanyak 75 peneliti terpilih dari empat Negara yaitu UK, Indonesia, Thailand dan Vietnam, juga dihadiri oleh lembaga penyandang dana dari masing-masing Negara yang meliputi Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia, Research Council Of UK, National Environmental Research Council (NERC), National Foundation For Science and Technology Development (NAFOSTED) Vietnam, Thailand Research Fund (TRF), dan Newton Fund.
Adapun topic yang dibahas mencakup tiga tema yaitu Atmospheric Pollution and Human Health, Water Resources, dan Tropical Peatlands and Mangroves. Indonesia mendapat dua topic penelitian yang akan didanai yaitu Atmospheric Pollution and Human Health dan Tropical Peatlands and Mangrove. Kedua topic tersebut dipilih Indonesia terkait dengan bencana kebakaran hutan yang terjadi dibeberapa tempat di Indonesia yang kurang tertangani dengan baik. Tropical Peatlands and Mangrove adalah topic yang sangat cocok dengan bagi Negara Indonesia yang kaya akan Biodiversity. Peatland dan Mangroves biasanya menjadi tempat keanekaragaman hayati di pinggir laut.
Ana mengambil topic penelitian Atmospheric Pollution and Human Health yang mengangkat dua isu yaitu pencemaran logam berat diudara dan penanggulangan greenhouse gas CO2 di udara dengan carbon capture and conversion menjadi asam folat.
pelaksanaan hari pertama workshop diisi oleh kata pembuka dari masing-masing lembaga. Indonesia diwakili oleh Direktur Ekskutif DIPI, Bapak DR. J.W. Saputro yang menjelaskan bahwa DIPI baru berdiri selama 10 minggu, jika diibaratkan bayi, maka DIPI dalam kesempatan workshop tersebut sedang belajar kepada seniornya di Asia yaitu NAFOSTED dan TRF. “meskipun DIPI masih bayi, namun DIPI siap melakukan gebrakan terutama pada penelitian basic science, fundamental science, dan frontier science, kata Bapak Saputro.
Workshop berlangsung sangat produktif dimana peneliti dari satu topic dikumpulkan dalam satu ruangan . masing-masing peneliti memperkenalkan biodata dan riset interestnya. Disesi berikutnya setelah masing-masing menemukan pasangan yang memiliki ketertarikan tema yang sama, dilakukan project building yaitu merancang bagaimana riset kedepannya. Terakhir, Workshop ditutup dengan plenary sesi pengumuman deadline proposal dan sesi Tanya jawab terkait pertanyaan-pertanyaan yang muncul sepanjang workshop berlangsung.
“menghadiri workshop ini menjadi pengalaman berharga bagi saya untuk membentuk jaringan di empat Negara dan membuka peluang untuk melakukan riset bersama-sama” ujar DR. Ana yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Sumbawa Academia Institute (SAI), sebuah lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang penelitian, pendidikan dan pelatihan, yang beranggotakan para akdemisi di universitas se-NTB.