IVLP (International Visitors Leadership Program) adalah program Leadership yang dirancang oleh Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang bekerjasama dengan sejumlah organisasi swasta dan organisasi nirlaba yang menerima dana dari Biro ini. Ada 6 tipe program, salah satunya adalah Single Country Projects (SCP) yang ditawarkan untuk Indonesia tahun ini. Setiap tahun ada lebih dari 4500 peserta dari seluruh dunia mengikuti program ini melalui seleksi langsung oleh kedubes AS di masing-masing negara.
Program ini dirancang untuk menambah pemahaman melalui komunikasi yang dijalin secara pribadi dan profesi. Peserta program adalah mereka yang telah mapan atau yang berpotensi menjadi pemimpin di bidang pemerintahan dan sipil di masa mendatang. Ribuan alumni peserta program telah menduduki beberapa posisi penting di negara mereka masing-masing. Di antara alumni program ini terdapat lebih dari 345 mantan maupun yang masih menjabat sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan, dan ribuan alumni adalah pejabat tingkat menteri.
Tahun ini Universitas Teknologi Sumbawa berkesempatan mengirimkan salah satu perwakilannya di program tersebut untuk tema Promoting Science Technology Research, Development and Innovation bersama 4 perwakilan lainnya dari seluruh Indonesia. Kelima orang tersebut berasal dari background karir yang hampir sama, yaitu di bidang riset, teknologi, dan inovasi. Sari Noviana, dosen yang berhome-based di Teknik Informatika UTS akhirnya terpilih menjadi salah satu peserta program tersebut setelah melalui proses yang cukup panjang sejak awal tahun 2015 lalu. “Overall seleksinya relatif cukup mudah, hanya saja melalui proses yang cukup panjang”, jelas wanita yang ditemui di sela-sela persiapan keberangkatannya ini. Ketertarikannya pada dunia penelitian dan pemberdayaan masyarakat berbasis inovasi dan teknologi ini mengantarkannya ke Amerika selama kurang lebih satu bulan untuk mengikuti berbagai macam kegiatan. “Peserta direncanakan berada di Amerika hampir sebulan, berangkat tanggal 4 September dan kembali ke tanah air tanggal 26 September. Di sana akan mengunjungi 4 negara bagian dengan keunikan dan keunggulannya masing-masing”, lanjutnya.
Selama berada di Amerika, peserta dalam tema program ini akan mengunjungi Washington DC, North Carolina, Texas, dan Oregon dengan agenda kegiatan yang beraneka ragam.
Selama di Washington DC peserta akan dikenalkan dengan struktur pemerintahan AS dan bagaimana mereka mendesain dan menjalankan kebijakan berbasis inovasi dan teknologi. Di samping itu juga akan mendiskusikan tentang pentingnya “data mining” untuk pengembangan STEM (Science Technology Engineering and Mathematics) dalam pendidikan, pengajaran, dan penelitian.
Negara bagian berikutnya yang akan dikunjungi adalah North Carolina (Raleigh). Di tempat ini para peserta akan dijelaskan tentang pentingnya “segitiga riset” untuk membangun suatu negara. Yaitu bagaimana peran para pengambil kebijakan (government) dalam mendesain aturan-aturan yg akan mendukung pengembangan teknologi dan inovasi, apa saja peran dan program dari universitas atau pusat riset (academic) dalam bidang entrepreneurship berbasis STEM, dan peran apa yang dilakukan oleh sektor privat (bussiness) untuk mewujudkan program yang berbasis teknologi dan inovasi tersebut.
Austin, Texas adalah negara bagian berikutnya yang akan mengajarkan tentang kolaborasi yang baik antara 3 sekotor (universitas, pemerintah, dan industri) untuk mewujudkan suatu kawasan berbasis inovasi dan teknologi. Di samping itu juga akan dikenalkan dengan Tech Ranch Austin, sebuah komunitas yang berisi lebih dari 300 startup bisnis teknologi dalam pembuatan software, hardware, energi alternatif, dan teknologi baru lainnya.
Yang terakhir adalah Portland, Oregon. Di sini terdapat banyak institusi dan agensi yang siap mendukung upaya percepatan bisnis startup baik berupa partnership, dana hibah, hingga strategi marketing di media sosial.
Setelah program ini selesai, diharapkan setiap peserta memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hilirisasi ilmu pengetahuan berbasis inovasi dan teknologi melalui riset dengan strategi “segitia riset” yang melibatkan semua stakeholder: akademisi/peneliti, pemerintah/pengambil kebijakan, dan bisnis/industri. “Semoga ilmu dan hal baik yang diperoleh selama program nanti dapat menjadi tambahan referensi untuk membangun bangsa Indonesia lebih baik lagi”, pungkasnya.