Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) mengundang orang tua/wali mahasiswa dalam rangka Silaturahmi dan Sosialisasi Peraturan Penerima “Beasiswa Tau Samawa” Selasa (15/5) kemarin. Hadir sekitar 486 orang tua mahasiswa penerima beasiswa Tau Samawa.
Bertempat di GOR UTS, Rektor UTS Dr. Andy Tirta, M.Sc mengharapkan kerjasama orang tua mahasiswa untuk terus memantau perkembangan putra-putrinya. Salah satunya membantu membimbing anak-anaknya untuk memanfaatkan beasiswa dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya beasiswa yang diberikannya kepada mahasiswa, UTS meminta timbal balik dengan cara penerima beasiswa bersangkutan belajar lebih giat dan ulet. “Jangan sampai sudah diberi rezeki, sudah diberi banyak kesempatan tapi tidak bersyukur. Untuk rasa syukur yang pas, kami hanya meminta satu, belajar yang ulet,” tekan Rektor kepada wali mahasiswa.
Disebutkan Doktor Andy—sapaan Rektor termuda ini, mahasiswa UTS tercatat mencapai hampir 2.700 orang dan 1.100 di antaranya merupakan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Karena itu kompetisi di UTS akan menjadi tantangan mahasiswa untuk terus berprestasi. Ia juga menerangkan dengan adanya mahasiswa dari Thailand yang berjumlah 3 orang dan ditargetkan juga akan ada mahasiswa dari Meksiko, Kroasia, Korea Selatan, dan 9 negara lainnya yang tertarik untuk menyelesaikan studi di UTS maka diharapkan mahasiswa penerima beasiswa terus menjaga prestasi yang sudah ditorehkan sebelumnya. “Karena bergaul dengan wilayah yang berbeda, maka akan perlu kemampuan untuk bersosialisasi, belajar memahami perbedaan. Karena kompetisi di UTS itu berat. “Yang hari ini diterima di beasiswa Tau Samawa dengan sangat transparan kami terangkan anak ibu bapak semua memang sangat layak untuk mendapatkan beasiswa ini karena berprestasi. Harapan kami setelah kuliah di UTS anak bapak ibu tidak berhenti berprestasi,” pintanya.
Rektor ganteng ini juga menceritakan penerima beasiswa tahun 2014 yang secara keseluruhan adalah orang Sumbawa. Mereka telah berkompetisi di Amerika serta berhasil mengharumkan nama Indonesia umumnya dan NTB khususnya. Ini merupakan bukti jika setiap mahasiswa bisa sukses. “Artinya apa? Artinya bukan karena kuliahnya di UTS, atau sekolahnya di lembah Olat Maras, tapi kemampuan dari setiap anak kitalah saat mereka berusaha kuliah, mereka fokus, mereka bisa mengembangkan diri, mereka aktif, ikut lomba-lomba, ikut kompetisi, ikut seminar, dan sebagainya. Mereka akan sukses,” cetus Doktor Andy.
Sedangkan mengenai peraturan yang ditetapkan kepada penerima beasiswa, meskipun dianggap berbeda dari kampus lain, jelasnya, UTS mengambil sikap tegas dengan menerapkan larangan merokok bagi penerima beasiswa. Hal ini bertujuan agar upaya UTS memberikan beasiswa dapat didayagunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak sia-sia. Untuk itu, ia meminta pemahaman orang tua mahasiswa yang hadir sekaligus mengimbau untuk mengingatkan putra-putrinya agar menaati kebijakan tersebut. “Kami minta kepada bapak ibu, kalau anaknya saat ini perokok aktif, kami minta setelah kuliah di UTS dan menerima beasiswa di UTS dia berhenti merokok. Pilihannya cuman dua, lanjut merokok tapi tidak mendapat beasiswa, berhenti merokok tapi dapat beasiswa. Setuju?” ucap Rektor yang disambut setujuuu… dari orang tua yang hadir.
Selain berharap hubungan silaturahmi dapat terus terjalin, ia juga mengingatkan orang tua mahasiswa untuk terus memantau dan membimbing putra-putrinya untuk terus meningkatkan kemampuan dan mengembangkan diri. Sebab dengan mengharapkan bimbingan dari dosen saja itu tidak cukup.
Hal serupa juga disampaikan Desi Maulidyawati, M.Pd. Menurut Desi—sapaan gadis cantik ini ada beberapa hal penyebab beasiswa dapat ditarik kembali. Salah satunya larangan merokok dan melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan citra universitas menjadi negatif di tengah-tengah masyarakat.
Desi juga memaparkan kesempatan beasiswa yang bisa diperoleh oleh mahasiswa. Di antaranya Beasiswa Bidik Misi dari Kementerian Riset dan Teknologi yang pada tahun 2017 terdapat 757 mahasiswa UTS berhasil mendapatkan kesempatan tersebut. Ia juga menambahkan banyak kesempatan beasiswa yang bisa diperoleh oleh mahasiswa asalkan tetap menjadi berprestasi akademik maupun non akademik. “Tahun kemarin, angkatan 2017, UTS penerima Bidik Misi dari Dikti terbanyak di Indonesia dengan jumlah 757 mahasiswa. Beasiswa PPA mendapat kuota 167 mahasiswa. Beasiswa ini menanggung biaya perkuliahan selama 4 tahun atau 8 semester,” jelasnya.
Teguh Hadinullah yang mewakili Wakil Rektor I Bidang Akademik juga menjelaskan peraturan beasiswa dan akademik di UTS. Beasiswa Tau Samawa merupakan beasiswa yang diperuntukkan untuk siswa berprestasi secara akademik dan non-akademik dengan domisili Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk memastikan penerima beasiswa sesuai dengan kriteria, maka evaluasi akan dilakukan setiap 6 bulan dengan aspek penilaian berupa, pertama, IPK minimal 3.00 dengan point sebanyak 40%. Kedua, prestasi non-akademik senilai 20%. Ketiga, keaktifan berorganisasi 20%. Keempat, mengikuti program pembinaan terpadu mahasiswa dengan point 20%. “Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan, mahasiswa berbeasiswa harus mengumpulkan point sebesar 60%. Tetapi tetap meningkatkan IPK dengan minimal 3.00,” bebernya.
Pada akhir kegiatan, piagam penghargaan diberikan kepada 3 calon mahasiswa terbaik yakni peraih nilai tes potensi akademik tertinggi yang diraih oleh alif Imam Fadhlurrahman dari SMAN 1 Sumbawa. Sedangkan peraih nilai tertinggi Bahasa Inggris diraih oleh dua orang yakni Rizki Sucitra dari SMAN 1 Sumbawa dan Reza Iman Syahputra dari SMKN 1 Taliwang. (SR)