Kecamatan Batulanteh merupakan daerah sentra Kemiri di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan total produksi 285.17 ton berdasarkan data BPS Tahun 2017. Namun demikian penanganan pascapanen dan pengolahan Kemiri (Aleurites Moluccana) masih belum maksimal. Hal ini mendorong 5 mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) menciptakan Mesin Oven Kemiri Berbasis Solar Dryer (MASKIRI-BSD) yang akan dipresentasikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Pekan Ilmiah Nasional Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 30 Agustus mendatang.
Mietra Anggara MT, Dosen Pembina PKM UTS saat ditemui Senin (6/8) mengungkapkan sekitar 60% penduduk Batulanteh mengelola lahan berupa kebun dengan luas lebih dari dua hektar per rumah yang ditanami Kemiri dan Kopi. 80% di antaranya menjual Kemiri dalam bentuk gelondongan, hanya 20% yang dijual merupakan hasil pengolahan dengan menggunakan teknologi sederhana. Hal ini menyebabkan permintaan pasar yang tinggi tidak sebanding dengan tingkat produksi sehingga mengakibatkan efisiensi usaha menjadi rendah. Permasalahan tersebut, lanjutnya, menjadi pemicu mahasiswa UTS yakni M. Hamzah Naufal, Oktavian Dwi Nata, Rahmah Afifah, dan Irfan, dan Ardila Tri Yuli Yanti memprakarsai alat yang sudah dinyatakan lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penerapan Teknologi itu. Mietra—sapaan akrabnya, berkeyakinan alat yang diciptakan mahasiswanya tersebut selain mempermudah pengusaha Kemiri juga menghasilkan hasil pascapanen dengan kualitas tinggi. Proses pengeringan yang jauh lebih cepat dalam pengerjaan tanpa mengurangi mutu dan kualitas diharapkan mampu menjadi solusi pengusaha Kemiri Batulanteh mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan pasca panen secara tradisional. “Semoga alat ini dapat digunakan oleh masyarakat khususnya Home Industri karena selama ini pengeringan hanya dilakukan secara manual. Itu membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari. Setelah menggunakan alat ini, itu akan lebih efisien dan efektif yaitu kurang lebih 1,5-2 hari,” tuturnya.
Hal itu dibenarkan M. Hamzah Naufal selaku Ketua Kelompok PKM. Ia menyatakan MASKIRI-BSD tersebut dapat mengeringkan Kemiri secara efektif dengan perkiraan suhu oven 85-102 derajat Celcius dan lama pengeringan selama 2 hari. Proses pengeringan yang lebih cepat tanpa mengurangi kualitas Kemiri dapat meningkatkan harga jual dan memperbanyak produksi. Berbeda dengan pengeringan tradisional yang menggunakan sinar matahari langsung yang membutuhkan waktu 7-9 hari, sedangkan kapasitas pengupasan kulit secara manual sebesar 5-6 kg per hari dengan kualitas biji utuh yang dihasilkan hanya mencapai 40%. “Semoga alat ini dapat dikembangkan oleh mahasiswa lain dan bermanfaat untuk mitra kerja dan alat ini dapat diproduksi dalam skala besar sehingga dapat mempermudah pengeringan Kemiri itu sendiri sehingga UKM-UKM di daerah bisa berkembang,” ujarnya.
Ia juga menambahkan project yang dimulai sejak 4 April tersebut sudah dilakukan pengujian hasil laboratorium skala Prototype dengan kapasitas 5 kg Kemiri. Dengan melakukan uji kadar air dan temperatur, penggunaan MASKIRI-BSD pada Kemiri hanya memerlukan waktu 2 hari pengeringan. Hal ini diharapkan mampu memangkas waktu pengeringan, meningkatkan kualitas dan produksi pengusaha dalam menghasilkan Kemiri dengan kualitas terbaik sehingga harga jual menjadi tinggi. (SR)