Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian di negeri ini. Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber pendapatan utama tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar mendiami kawasan daratan tinggi pedesaan di wilayah terpencil. Selain itu, kurang lebih 1 juta keluarga mengandalkan pendapatannya dari industri hilir dan perdagangan kopi. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar (Kementrian Pertanian, 2013). Di luar dan di dalam negeri kopi sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat (Syakir, 2020). Kopi menjadi sumber pendapatan bagi petani kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, manajemen, maupun dalam mata rantai pemasaran.
Sebagai salah satu Negara penghasil kopi sebagai bahan pangan, kopi tentunya menjadi salah satu komoditas yang cukup besar di Indonesia bahkan jangkauan pasarnya di masyarakat global. Namun sayangnya, masih banyak proses pengering kopi menjadi kopi yang bernilai masih dilakukan secara konvensional sehingga cukup memakan waktu dan biaya. Kondisi ini mengilhami tim penelitian dosen Universitas Teknologi Sumbawa untuk menciptakan metode pengeringan pengering yang efektif, terjangkau, dan ramah lingkungan.
Kegiatan ini di sambut hangat oleh petani kopi di dusun Punik karena program ini sebagai pemicu sekaligus mendorong semangat kami terus belajar menyesuaikan diri dengan ide, dan teknologi yang kekinian dan tepat guna. Program ini tentu sangat bermanfaat, dan akan berdampak baik bagi kemajuan ekonomi kami warga plosok, kami seperti bermimpi bisa mendapatkan dan merasakan sentuhan dari para ahli, dibalik kecemasan kami Univeritas Teknologi Sumbawa hadir memberi solusi lewat tangan trampil para ahli. ungkap Bang Umar Usman Selaku Ketua Kelompok Tani.
Dengan inovasi memanfaatkan Teknologi Pengering Kopi Hybrid Biomassal sebagai solusi alternatif pengeringan kopi, tim yang terdiri dari Sopyan Ali Rohman S.T, M. Eng, Nawassyarif S.Kom., M.pd., Abdul Salam S.E, M.M itu pun berhak atas dana hibah Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) 2020 Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2020.
Nawassyarif S.Kom., M.pd, selaku anggota tim peneliti memaparkan selama ini terdapat dua metode pengeringan kopi yang diterapkan di Punik dan sekitarnya. “Selain menggunakan sinar matahari langsung, ada petani yang memanfaatkan alat pengering dengan palstik UV,” tambahnya.
Sayangnya, menurut dosen yang kerap disapa Syarif ini, dari hasil riset timnya ditemukan adanya celah pada dua metode tersebut. Pengeringan menggunakan sinar matahari langsung pada musim panas lama pengeringan biji kopi memakan waktu hingga 5-7 hari, sedangkan pada musim hujan lama pengeringannya 1-2 minggu bahkan lebih lama lagi untuk mendapatkan biji kopi yang kering sempurna. Lamanya proses pengeringan biji kopi dapat menimbulkan bau dan berkurangnya kualitas biji kopi.
Cuaca di Indonesia khususnya di Dusun Punik, Desa Batu Dulang, Kecamatan Bantu Lanteh Kabupaten Sumbawa yang tidak menentu beberapa tahun belakang ini tentunya sangat merugikan petani yang mengandalkan metode ini (dengan menggunakan sinar matahari langsung, red),” ungkap Syarif.
Lanjut Sopyan selaku Ketua Tim, Sebenarnya, alat pengering modern berbasis termal juga bisa menjadi solusi. Namun, penggunaan alat pengering modern ini mengakibatkan penurunan nilai gizi dari kopi, kehigienisan tidak terjamin, serta membutuhkan konsumsi energi listrik yang cukup tinggi. “Padahal saat ini dunia sedang ramai mengurangi penggunaan energi, termasuk energi listrik,” tutur Dosen Teknik Mesin UTS tersebut.
Lain halnya dengan Teknologi Pengering Kopi Hybrid Biomassa dan Tenaga Matahari Dengan Sistem Kendali Cerdas yang dikembangkan Sopyan dan tim peneliti. Dengan menggunakan alat ini, proses pengeringan kopi hanya berlangsung selama 1-2 hari tanpa mengurangi kandungan dan struktur kopi. “Dengan metode yang kami kembangkan ini, tidak ada penurunan kualitas kandungan kopi, selain itu juga lebih ramah lingkungan,” jelas Sopyan.
Di akhir, Sopyan berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang efektif, terjangkau, dan ramah lingkungan dalam proses pengeringan kopi.
Abdul Salam, S.E.,M. M. Selaku Anggota ke tiga dalam program ini memaparkan analisis awalnya bahwa Kualitas kopi yg dihasilkan di Dusun Punik ini cukup terkenal dikalangan penikmat kopi di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat, mempunyai Karakteristik yang spesifik dan unik sehingga perlu dilakukan usaha peningkatan nilai jual memalui pemasaran online, penentuan harga yang sesuai serta manajemen kelompok usaha ini harus didesain secara sistematis dan modern agar pemasaran Kopi bisa menjangkau pasar industri nasional bahkan global.
Kami selaku TIM peneliti sangat berterimakasih kepada Tim Wakil Rektor III Universitas Teknologi Sumbawa dan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang terus mendorong kami dalam mengsuskeskan program ini. “Semoga terdapat tindak lanjut dari pemerintah atau badan terkait untuk penelitian yang lebih lanjut,” ungkap pak sopyan.