Rektor UTS bersama Direktur EBTKE, ESDM Prov NTB, PLN Sumbawa dan Narasumber
Batu Alang, (04/09/2017)
Pulau Sumbawa dengan kondisi geografisnya menyediakan semua potensi yang bisa dikembangkan untuk menjaga ketahanan energi. Hal ini dinyatakan Direktur Jenderal Aneka Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sember Daya Mineral (ESDM) pada Sosialisasi Kebijakan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Aula Serbaguna Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Rabu (03/09) lalu.
Direktur EBTKE ESDM, Ir. Maritje Hutapea mengungkapkan 93% pasokan energi saat ini baik listrik dan nonlistrik bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batu bara, gas bumi. Sementara, 7% dipasok dari EBT. Pasokan energi fosil menurut data akan habis dalam waktu yang tidak lama. 250 juta penduduk dengan rasio pertumbuhan 1,1% per tahun tidak bisa dipenuhi jika hanya mengandalkan energi fosil karena persediaan semakin menipis sementara kebutuhan akan energi cenderung meningkat.
“Secara keseluruhan, data yang kami miliki, total potensi EBT itu sekitar 443 giga watt yang berasal dari energi panas bumi, tenaga air, bioenergi, energi surya, energi angin, bahkan energi laut. Dengan kondisi geografis yang seperti ini, saya menyatakan semua energi baru dan terbarukan ada di Pulau Sumbawa dan juga di NTB.” tuturnya saat pembukaan kegiatan yang dihadiri pula Ir. Muhammad Husni, M.Si. kepala Dinas ESDM Provinsi NTB, Ardhi Dharma Kepala PLN Sumbawa.
Selain mendukung ketahanan energi, lanjutnya, kita tidak bisa berharap banyak pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di NTB, Sumbawa khususnya dapat berkembang dengan baik tanpa adanya kecukupan sumber energi yang tersedia.
Menurutnya, permasalahan EBT tidak berkembang seharusnya menjadi tantangan tidak hanya untuk kementerian ESDM tetapi juga untuk stackholder dari element Akademisi, Bisnis, Goverment, dan Comunity (ABGC). Akademisi punya kontribusi yang signifikan jika ingin memajukan sektor energi untuk mencukupi kebutuhan energi dan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu peranan akademisi melalui skema pengabdian masyarakatnya diharapkan melakukan penelitian teknologi EBT yang sesuai dengan industri. Sehingga, hasil dari penelitian dapat diimplementasi oleh industri untuk diproduksi di dalam negeri. Sejauh ini, teknologi yang digunakan EBT masih diimport dan dibayar mahal.
Ada dua alasan utama kenapa EBT menjadi keharusan. Pertama, dalam rangka meningkatkan ketahanan pasokan energi; kedua, berkontribusi mencegah terjadinya perubahan iklim sesuai dengan mandat presiden yang menargetkan penurunan emisi rumah kaca 29% tahun 2030.
NTB sendiri, menurut data rasio elektrifikasi NTB, penggunaan tenaga listrik baru mencapai sekitar 80%, artinya 20% penduduk belum menerima akses dikarenakan berbagai faktor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seharusnya kita mulai memanfaatkan potensi EBT yang tersedia. Lanjutnya, meskipun banyak tantangan-tantangan untuk menerapkan EBT, tantangan ini akan kita wariskan nantinya kepada generasi-generasi muda. Terutama mahasiswa dan alumni UTS untuk bisa menyelesaikan permasalahan energi di NTB dan Sumbawa khususnya dengan memanfaatkan potensi EBT yang ada di Sumbawa seperti PLTS, PLT Bayu, PLT Mini Mikro Hidro, dan PLT berbasis bioenergi dan biomassa.
“Mudah-mudahan UTS berkontribusi dan melakukan sesuatu untuk memberikan jawaban atas tantangan-tantangan yang ada. Semoga UTS semakin maju dan dikenal menjadi tempat mendidik anak bangsa menjadi manusia yang berguna.” Tutup Hutapea dan membuka secara resmi kegiatan sosialisasi.
Rektor UTS Dr. Andy Tirta, M.Sc. dan Direktur Jenderal EBTKE Ir. Muritje Hutapea
Rektor UTS Dr. Andy Tirta dalam sambutan berterima kasih kepada pihak Direktorat EBTKE atas terselenggaranya kegiatan sosialisasi tersebut. Sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada teknologi, dapat mengambil permasalahan dan menemukan solusi step by step terkait permasalahan energi di Indonesia. Rektor muda tersebut mengakui jika civitas UTS dan Indonesia dihadapkan pada fenomena bahwa belum mampu mengembangkan dan membuat komponen yang mendukung perkembangan EBT itu sendiri.
Menurutnya, ada banyak jurusan yang relevan untuk mensupport perkembangan EBT di UTS. Contohnya Bioteknologi yang melakukan penelitian dari Alga untuk menghasilkan energi listrik yang dapat digunakan sebagai lampu kapal. Belum lagi, jurusan teknik mesin juga pernah mengikuti kegiatan pelatihan dan pembuatan pembangkit listrik tenaga angin di Ciheras.
“Saya berharap, forum hari ini dapat mencerdaskan, memberi kita banyak pengetahuan, dan saya harap teman-teman dapat mengadu pemikiran, pengetahuan.” tungkas sosok muda berwibawa tersebut. (a/n)
humas.pr.uts@gmail.com