Pada dasarnya watak universal qurban itu terletak pada dimensi pembebasannya, melawan dominasi dan ketidakadilan, sama persis dengan agenda reformasi seperti yang kita perjuangkan saat ini. Ekspresi kebebasan tersebut akan hilang manakala qurban dipahami tanpa refleksi perasaan dan pengalaman mental atas fenomena aktual. Sekilas kalimat-kalimat indah yang tertata dengan baik ini adalah rangkaian ceramah Iedul Adha yang disampaikan oleh bapak Wakil Rektor II UTS bidang keuangan, Sudrajat Martadinata M.SA. dimana pada perayaan lebaran qurban 2016 keluarga besar UTS, senin 12 september 2016 bertindak sebagai khotib.

Memberi pemahaman tentang esensi berkurban dihadapan ratusan jamaah sholat Ied Adha keluarga besar UTS di lapangan utama kompleks kampus UTS pada lebaran Idul Adha 1437 H senin kemarin, pria kelahiran Sumbawa 37 tahun silam ini merangkai kata-kata dan kalimat-kalimat khotbahnya dengan sangat indah dalam balutan ringkasan yang tepat sasaran dan sangat mudah untuk dipahami.  Jebolan  master akuntansi universitas Brawijaya ini berharap kepada seluruh jamaah yang hadir bahwa qurban seperti yang dijelaskan dalam catatan sejarah yang digelar oleh nabi Ismail as dengan mengurbankan anaknya secara manusiawi yang menurut naluri dan akal fikiran manusia biasa merupakan pekerjaan yang sangat sulit namun dilaksanakan dengan penuh suka cita oleh keluarga Nabi Ibrahim as karena dilandasi dengan pemahaman yang benar atas nilai-nilai kehidupan dimana segala sesuatu yang ada dalam dunia ini ; anak, isteri, harta, jabatan dan lain sebagainya datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Oleh karena itu, penyembelihan hewan kurban setelah sholat ied harusnya dapat memberikan pemahaman baru bagi setiap manusia tentang hakikat keberadaan manusia dalam kosmos alam Allah, pada tata atur yang sedemikian sempurnadengan hukum-hukum adilnya menjelmakan sangsi-sangsi setimbang dalam kekuasaan arasy yang tak tersepuh kepalsuan dimana kesadaran baru yang dimaksud adalah menjadi hamba Allah yang berintrospeksi diri yang membangun diri dan lingkungannya kepada lima kualitas yaitu kualitas iman yang tinggi, kualitas iman yang kokoh, kualitas intelektual yang hebat, kualitas karsa yang nyata, dan kualitas karya yang maju. Sehingga pada akhirnya memahami bahwa penyembelihan qurban merupakan suatu tindakan penundukan dan penguasaan kecenderungan-kecenderungan hewani dalam diri manusia berupa keinginan-keinginan rendah yang selalu mendorong dan menarik manusia kearah kekejian dan kejahatan.

Bahwa ajaran Islam atas perintah berkurban untuk mengajarkan, mendidik, dan menyadarkan manusia bagaimana membangkitkan kepekaan dan kepedulian kepada sesama saudara kita untuk membantu terbinanya pengentalan persaudaraan yang hakiki, cinta kasih, dan tanggung jawab kepada sesama umat serta pemerataan pendistribusian protein hewani untuk meningkatkan gizi masyarakat dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Allah dan sesamanya dimana qurban disyariatkan mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan. Akan tetapi yang dikorbankan bukanlah manusia atau kemanusiaan namun yang dikorbankan adalah binatang yang sempurna tidak lagi cacat, sebagai indikasi agar sifat-sifat kebinatangan yang sering bercokol pada diri manusia harus dienyahkan dan dibuang jauh-jauh.

Pada Idul Adha tahun ini, seperti dijelaskan oleh ketua panitia perayaan Idul Adha 1437 H UTS, Abbyzar Aggasi S.IP., MPA, UTS berkurban 2 ekor sapi dan 3 ekor kambing yang didistribusikan  kepada 150 rumah di wilayah Desa Batu Alang dan Desa Leseng.