Pendiri Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Dr. H. Zulkieflimansyah SE., M.Sc dan Rektor UTS, Dr. Andi Tirta serta dosen dan ribuan mahasiswanya menyambut gembira kehadiran Presiden Joko Widodo. Kehadiran Kepala Negara di ‘Kampus Elang’ yang didampingi Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi ini setelah meninjau pelaksanaan program padat karya tunai di Desa Pernek, Kecamatan Moyo Hulu dan berbincang-bincang dengan petani setempat.
Di hadapan Presiden dan rombongan, Pendiri UTS, Dr. H. Zulkieflimansyah SE., M.Sc yang juga Gubernur NTB terpilih, menjelaskan bahwa membangun UTS berasal dari ide yang tidak sederhana. Sebagai anggota DPR RI saat itu, Doktor Zul sapaannya, merasakan bahwa Indonesia tidak pernah mengalami devisit modal sosial. “Kami sering berkunjung karena persoalan politik. Kadang orang Madura tidak lagi nyaman tinggal di Kalimantan Barat. Orang Bali tidak lagi nyaman tinggal di Lampung, karena kita tidak saling mengenal, kemudian kita tidak saling memahami dan saling membantu. UTS hadir dengan satu kegelisahan itu, menyatukan mahasiswa dari seluruh nusantara dari Aceh sampai Papua, agar mereka saling mengenal dan saling memahami satu sama lain,” jelas Doktor Zul.
Kegelisan lainnya, adalah Human Development Indeks (IPM) Indonesia Timur selalu tertinggal. Bukan karena standar hidup yang rendah, tapi karena mayoritas lulusan terbaik SMA-nya sekolah di Bandung, Bogor, Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan tidak lagi kembali ke Indonesia Timur. Satu-satunya cara memperbaiki indeks pembangunan manusia (IPM) ini adalah bagaimana mendirikan suatu perguruan tinggi yang bagus di sini, yang bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sumbawa, tetapi juga dari seluruh Indonesia datang ke Sumbawa. “Semoga di tempat sederhana ini tagline kita, kami akan membangun pemimpin-pemimpin Indonesia masa depan dari kampus sederhana yang bapak kunjungi sekarang ini.
Kita ingin mobilitas horizontal masyarakat Indonesia itu nyata. hampir tidak pernah terbayangkan ada anak dari Bekasi sekarang berani naik motor sampai Sumbawa. Pertama ketika mereka ingin ke Sumbawa bertanya apakah ada Alfamart atau tidak. Bayangan mereka ketika mereka datang ke Sumbawa betul-betul horror. Tetapi ketika anak ini kami beri beasiswa untuk kuliah ke sini, ternyata Sumbawa tidak seburuk yang mereka bayangkan. di sini ada pantai, pegunungan, dan paling penting, kehangatan, keramah-tamahan masyarakat sini menjadi modal mereka mengirim kepada familinya, sehingga orang tuanya pun mau datang ke sini naik bus,” beber tokoh kharismatik ini. “Ketika mereka kembali ke daerah asalnya semoga menjadi orang Indonesia baru dengan cara berfikir baru karena melihat Sumbawa. Karena itu tujuan awal kami memahami Indonesia dari Sumbawa akan berbuah manis di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Lebih jauh dipaparkan Doktor Zul, hampir 20 tahun masyarakat Indonesia menikmati reformasi. Tetapi pemerintah sedikit berbicara tentang sains teknologi dan industry, melainkan sibuk berbicara korupsi, dan Hak Asasi Manusia. Padahal tidak ada satu kemajuan pun yang tidak mensyaratkan sains teknologi sebagai modal awal yang paling penting. “Di UTS ini, sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah. Kita bicara tentang sains teknologi ketika UI belum ada bioteknologi, tapi di sini sudah ada. Ketika ada biotek internasional, UTS ikut berkompetisi (iGEM) di Amerika dan berhasil merebut 4 penghargaan dunia, dan membanggakan lagi salah satu jurinya berasal dari dosen UTS—satu-satunya utusan Indonesia,” ujar Doktor Zul.
Kampus ini meski sederhana lanjut Doktor Zul, bukan kampus lokal, tapi anak terbaik Indonesia sengaja dipanggil datang ke UTS untuk membangun Indonesia dari pinggiran. UTS dan Sumbawa juga telah mampu merealisasikan program yang dicanangkan Presiden Jokowi yakni hadirnya 100 STP (Science Techno Park). Dr Zul menantang Presiden Jokowi untuk mengecek bahwa di antara semua STP di Indonesia, di Kabupaten Sumbawa yang terbaik dan sesuai dengan kaidah STP yang diinginkan. “Jadi UTS ini bukan hanya kampus, tapi satu kawasan yang terintegrasi. Ada Rusunawa, ada gelanggang olahraga, dan ruang publik kreatif. Inovasi pembelajarannya tidak harus serius, dengan itu kita mampu menciptakan pembelajaran. Kita punya SIKIM, supaya STP yang jadi bisnis incubator tidak hanya teori. Kalau industry perusahaan mulai lahir di sini dan berkesinambungan, insya Allah UTS kedepan menjadi kampus terbaik,” pungkasnya.
Sementara Presiden Jokowi mengaku bahagia atas penyampaian Doktor Zul bahwa mahasiswa UTS bukan hanya dari Sumbawa melainkan dari Sabang sampai Merauke. “Saya sudah cek tadi asalnya. Yang selalu saya ingatkan negara kita sangat besar. Beragam, berbeda, majemuk. Itu bisa kita rasakan kalau kita pergi dari barat ke timur, selatan ke utara. Kita punya 714 suku, 1100 lebih bahasa daerah. Inilah yang harus kita sadari bahwa perbedaan ini anugerah Allah,” katanya. “Jadi kalau di sini berkumpul semuanya, interaksi itu akan saling memperkaya. Perbedaan ini akan menjadi kekuatan apabila kita bisa memeliharanya. Mari kita jaga ukhuwah islamiyah kita. Jaga dan rawat ukhuwah wathonia kita. Karena aset besar bangsa kita adalah kerukunan, persatuan dan persaudaraan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu Jokowi mengingatkan bahwa industri besar sudah masuk semua. Artinya membutuhkan persiapan menghadapi persaingan global yang terjadi. Orang nomor satu di Republik ini balik menantang UTS yang sekaligus memuji Rektor UTS yang masih muda, agar bisa mengantisipasi hal itu terutama terkait dengan teknologi. “Saya titip dan didik mahasiswa untuk persiapan perubahan ini. Kami yakin dari sini akan muncul pemimpin visioner untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” tandasnya. (JEN/SR)