Oleh: HUSNI, S.Pt., M.Si
Dosen Prodi Peternakan
Fakultas Teknobiologi
Universitas Teknologi Sumbawa
Mengenal Padang Penggembalaan Doro Ncanga di Pulau Sumbawa
Padang sabana Doro Ncanga Tambora berada di Pulau Sumbawa merupakan padang sabana yang ditumbuhi berbagai tanaman rumput ilalang dalam bahasa daerah Bima – Dompu adalah Ati, pohon belukar dan semak-semak mempunyai gaya dan keindahan tersediri bagi daerah NTB. Kawasan ini adalah kawasan yang paling indah dengan padang rumput yang hampir sama dengan padang savana di Negara Afrika selatan. Satu keunggulan padang ini mempunyai 3 kombinasi alam; Gunung, Padang Savana dan Laut yang jarang ditemukan di Dunia. Hal ini padang sabana sebagai tempat pelepasan ternak, kerbau, sapi dan kuda bagi masyarakat Dompu.
Padang penggembalaan alam Doro Ncanga letaknya di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu termasuk dalam kawasan G. Tambora dengan luas 943.22 km2. Secara geografis padang rumput alam ini terletak antara 117º42’14’’-118º10’01” Bujur Timur dan 8º08’43’’-8º30’00” Lintang Selatan. Kecamatan Pekat berbatasan dengan Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima di Sebelah Utara; Pulau Moyo Kabupaten Sumbawa di Sebelah Selatan dan Kecamatan Kempo di Sebelah Timur (Anonim, 2016).
Luas areal padang sabana alam ini sekitar 2000 Ha, sebagian besar merupakan kawasan pelepasan ternak kerbau, sapi dan kuda bagi masyarakat Kabupaten Dompu, Bima, dan daerah sekitarnya. Saat ini sebagian kecil dari lahan penggembalaan Doro Ncanga telah dijadikan lahan pertanian yang ditanami berbagai jenis tanaman pangan (jagung) maupun tanaman perkebunan (tebu). Di padang ini ternak kerbau dibiarkan berkeliaran bebas merenggut rumput alam setiap hari dari pagi sampai sore.
Pelepasan kerbau di padang rumput alam Doro Ncanga seringkali mengalami kekeringan akibat musim kemarau panjang sehingga banyak ditumbuhi rumput-rumputan pendek disebut steppa, diantaranya adalah rumput teki, rumput lapangan dan rumput ilalang. Oleh karena itu, daerah ini lebih cocok untuk peternakan dibandingkan untuk pertanian.
Sistem pemeliharaan ternak di padang Sabana Doro Ncanga kawasan Tambora sangat tergantung pada alam. Sistem pemeliharaan yang ekstensif tradisional. Pemeliharaan ternak kerbau hanya dilepas di padang penggembalaan. Hal ini dimungkinkan karena didukung oleh potensi alam kawasan Tambora yang memiliki padang sabana yang luas. Padang ini memiliki kondisi alam yang dipengaruhi oleh sistem angin muson yang dicirikan dengan musim hujan yang pendek (tiga sampai empat bulan) sampai musim kemarau panjang (delapan sampai sembilan bulan), adanya waktu yang tidak seimbang antara musim hujan dan musim kemarau mengakibatkan pengaruh negative terhadap pemeliharaan kerbau lumpur Doro Ncanga terutama pakan. Pada saat musim hijauan umumnya dilakukan di kawasan pelepasan penggebalaan secara liar di daerah padang penggembalaan alam.
Ternak kerbau bagi masyarakat Dompu merupakan harta yang suatu saat dimanfaatkan untuk keperluan hajatan atau sebagai hubungan yang diusahakan secara tradisional. Padang ini mempunyai kubangan alam dan semak belukar disepanjang pinggir pantai Hodo. Dengan sistem ini masyarakat sudah terbiasa dengan keadaan tersebut sehingga merasa tidak terganggu dengan adanya ternak kerbau disekitar kawasan Doro Ncanga pantai Hodo.
Penulis menjelaskan yang sangat komprehensif tentang bentuk dan proses terjadinya savana sebagai berikut. Pada saat meletusnya gunung Tambora terjadilah tumpukan pasir dan magma-magma sehingga terjadilh di padang sabana membentuk seperti padang seperti gelombang air laut dan membentuk bukit-bukit kecil. Kemudian terjadi musim kemarau yang panjang dan kering memberikan pengaruh yang nyata terhadap terbentuknya hutan musim atau hutan monsoon. Ciri hutan ini, antara lain, hampir semua jenis pohon menggugurkan daun pada musim kemarau contohnya pohon bidara/ fu’u rangga dan lain-lain, pohonnya tidak begitu tinggi dan banyak cahaya yang menembus ke tanah. Bila mana curah hujan benar-benar sangat musiman dengan musim kemarau sangat berangin, dan barangkali faktor-faktor lain juga berpengaruh (masalah yang sangat kontroversial), maka hutan musim akan berkembang menjadi savana karena bertambahnya kekeringan seperti terlihat digambar ini di bawah ini.
Jenis Tumbuhan di Doro Ncanga Tambora
Memahami fenomena tersebut maka perlu diperkenalkan dua buah istilah dalam dunia ekologi tanaman, yaitu suksesi vegetasi dan klimaks vegetasi. Seperti yang diperlihatakan padang sabana kawasan gunung api Tambora dengan beberapa macam keanekaragaman tumbuhan yang tumbuh disekitar kawasan tersebut, di antaranya rumput alang-alang, pohon golkar atau dinamakan kayu pki, semak-semak dan belukar, tumbuhan pare dan lain-lain.
Jenis tumbuhan dan rumput yang terdapat di padang sabana Doro Ncanga adalah semak-semak, belukar, bidara. Keberadaan persentase jenis rumput ataupun hijauan yang tumbuh di setiap lokasi Padang sabana Doro Ncanga terlihat bahwa Padang penggembalaan Doro Ncanga memiliki sejumlah 20 spesies tumbuhan yang terdiri dari rumput lapangan, dan jenis tumbuhan lain seperti semak-semak dan belukar. Spesies di Padang penggembalaan Doro Ncanga memiliki keragaman yang berbeda dengan keragaman yang ada di Padang savana di daerah Timur.
Tabel. Komposisi Spesies Tumbuhan Padang Penggembalaan di Padang Sabana Doro Ncanga Dapat Dilihat Pada Tabel Berikut ini:
Lokasi Jenis Rumput Legume (biji-bijian) Hijauan lain
Padang sabana Doro Ncanga Rumput lapangan (Mpori sisi, Mpori cewu, Mpori ngame) Sarome maju, loa , loka, Bidara (rangga), haju Rida, Loa, Rui Se,e, kakapi monca, taride
Di pinggir pantai Hodo Doro Ncanga Mpori ngame, Rui pepe, Sarome maju, loa ,loka, paria Bidara (rangga), loka, rui se,e, kabuntu, loa, pohon golkar/taride, sarigi, kore, kakapi
Di lereng kaki gunung Tambora Desa Nangakara Mpori ngame, alang-alang Sarome maju, loa ,loka, paria doro Loa, loka, kakapi, mangge, jambu, fo,o, nangka
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2015
Padang penggembalaan Doro Ncanga didominasi oleh rumput-rumputan, tanaman perennial, gulma. Tumbuhan ini tumbuh pada saat musim hujan dan bertahan dimusim kemarau. Jenis tanaman ini kebanyakan diareal padang yang luas, tahan terhadap musim. Tumbuhan ini tidak dimakan oleh ternak.
Hasil survei lapangan padang penggembalaan Doro Ncanga terdapat beberapa jenis keragaman spesies tumbuhan, jenis tumbuhan ini tumbuh pada saat musim hujan dan bertahan pada musim kemarau. Hijauan di padang sabana Doro Ncanga merupakan asset sangat penting perananya dalam menunjang pengembangan pemeliharaan ternak. Hamparan areal penggembalaan Doro Ncanga terdiri dari spesies rumput dan legume lokal serta adanya leguminosa pohon dan tanaman keras yang lain yang tumbuh secara alamiah di lokasi Doro Ncanga kawasan Tambora Kabupaten Dompu.
Sekilas Perkembangan luasan areal Padang penggembalaan Doro Ncanga mengalami penurunan karena bebererapa hal diantarannya (a) terdesaknya Padang penggembalaan akibat bersaingnya dengan penggunaan lahan pertanaian dan perkebunan dan (b) menurunnya kualitas hijauan diakibat penebangan secara liar, sehingga itensitas hujan menurun, (C) intensitas curah hujan menurun, dan musim kemarau yang lama, menyebabkan degradasi tumbuhan menurun. Doro Ncanga adalah merupakan tempat pelepasan ternak kerbau, sapi dan kuda bagi masyarakat Dompu, Bima yang ada di wilayah pulau Sumbawa. Kondisi Doro Ncanga cocok untuk pelepasan ternak besar yang selama ini dikenal Padang sabana Doro Ncanga. Areal Padang sabana Doro Ncanga tidak jauh berbeda dengan Padang savana di negara Afrika Selatan yang memiliki keindahan tersendiri sehingga Padang savana ini menjadikan Padang rumput. Savana merupakan Padang rumput dan semak yang terpencar di antara rerumputan.
Jenis Ternak Dilepas di Padang Penggembalaan Doro Ncanga
Di padang inilah tempat pelepasan ternak baik kerbau, sapi dan kuda. Hasil survei lapangan yang paling banyak ternak di padang sabana Doro Ncanga adalah ternak kerbau sahe. Kerbau berkembang sejak jaman dahulu, dimana telah tersebar di seluruh Kecamatan daerah Kabupaten Dompu didominasi oleh kerbau lumpur dengan jumlah populasi terbesar 20.294 ekor kerbau ditahun 2015. Kerbau-kerbau lumpur Doro Ncanga dipelihara secara tradisional dengan jumlah kepemilikan 2 -3 ekor induk peternak.
Ciri peternakan kerbau lumpur Doro Ncanga yang mendominasi keragaman usaha ternak beridentik dengan ketergantungan pakan serat alami antara lain rumput alam dan limbah pertanian jerami padi dan jagung.
kawasan Doro Ncanga merupakan dominan kerbau lumpur yang hidup di daerah kawasan Tambora. Keberadaanya sangat potensial sebagai tenaga kerja dan penghasil daging. Kerbau dilepas di areal Padang penggembalaan kawasan Tambora. Pemeliharaan ternak kerbau Doro Ncanga dilepas pada dan saat musim hujan dan berkonsentrasi di kawasan Padang penggembalaan Doro Ncanga, sedangkan pada musim kemarau dibawa pulang ke Desa masing-masing.
Kondisi Padang Sabana Doro Ncanga di Musim Hujan
Padang penggembalaan sabana Doro Ncanga merupakan kawasan tempat pelepasan ternak, Padang sabana ini didominasi oleh tanaman gulma (weed) dan tanaman parernial rumput-rumputan yang mampu hidup pada kondisi kering pada saat musim kemarau. Secara vegetasi padang penggembalaan Doro Ncanga cenderung hanya tumbuh pada saat musim hujan, selama 3 – 5 bulan dengan curah hujan rendah. Pada musim kemarau vegetasi hijauan mati dan mengering yang sering terjadi dimusim kemarau. Padang pengembalaan sabana Doro Ncanga menghasilkan hijauan yang melimpah pada saat musim hujan, sehingga pada musim tersebut ternak dapat memberikan hasil yang tinggi.
Kondisi Padang penggembalaan Doro Ncanga di musim hujan sedang megalami kerusakan yang berdampak terhadap menurunnya daya dukung akibat Padang penggembalaan digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Pengurangan daya dukung tersebut di samping akibat berkurang luas areal penggembalaan akibat fungsi alih lahan pertanian dan tanaman perkebunan sehingga mengalami kerusakan. Kemudian (Marhadi, 2009 disitasi oleh Bambang Sudaryanto, 2008) menyatakan bahwa kerusakan Padang penggembalaan tersebut antara lain disebabkan karena hijauan asli setempat produksi dan kualitasnya menjadi rendah, serta kurangnya responsive terhadap kebaikan unsure hara tanah.
Kondisi Padang Sabana Doro Ncanga di Musim Kemarau
Pada musim kemarau di Padang sabana Doro Ncanga mengakibatkan Dompu mengalami kekeringan. Kondisi itu berdampak semakin tipisnya tumbuh rumput akibat dari musim kemarau yang panjang sehingga ternak kerbau kehabisan pakan terutama di Padang sabana Doro Ncanga sebagian besar rumput di wilayah areal pelepasan kerbau, sapi, dan kuda. Ternak-ternak di Padang sabana Doro Ncanga sebagian besar kebanyakan yang mati.
Hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa untuk menyelamatkan ternak kerbau di areal pelepasan Doro Ncanga dari kelaparan, peternak mengungsikan ternak keluar dari Doro Ncanga di tempat daerahnya masing-masing, artinya peternak membawa pulang kerbaunya ke Kampung. Hal tersebut dilakukan agar tetap menjaga nilai nutrisi pakan. Penggembalaan Doro Ncanga sudah dialih fungsikan menjadi sistem pertanian dan perkebunan sehinnga areal padang penggembalaan (pasture) menyempit.
Penggembalaan Doro Ncanga pada saat Musim kemarau
Padang penggembalaan menggambarkan bahwa kerbau di areal pelepasan Doro Ncanga kebanyakan yang kurus akibat kekurangan pakan sehingga kerbau banyak yang mati diakibatkan oleh kekurangan nutrisi pakan untuk kebutuhan hidup serta bobot badan. Kerbau kebanyakan mengkonsumsi hijauan dan jenis rumput, bila dibandingkan dengan jenis gulma (weed). Padang sabana Doro Ncanga memiliki keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan.
Padang sabana ini didominasi oleh tanaman gulma (weed) dan tanaman parernial rumput yang mampu hidup pada kondisi kering pada saat musim kemarau panjang. Secara vegetasi Padang penggembalaan Doro Ncanga cenderung hanya tumbuh pada saat musim hujan, selama 3- 5 bulan dengan curah hujan rendah. Pada musim kemarau vegetasi hijauan kebanyakan yang mati dan mengering akibat musim kemarau.
Hasil survei penelitian ini di Padang sabana Doro Ncanga menggambarkan bahwa kerbau di areal pelepasan Doro Ncanga kawasan Tambora Kabupaten Dompu di saat musim kemarau mengalami kekeringan yang panjang. Kekeringan yang panjang menyebakan kekurangan pakan.
Padang sabana Doro Ncanga Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, produksi dan bahan segar relative rendah dan kualitas Padang sabana rendah akibat musim kemarau yang panjang sehingga menyebabkan kerusakan kondisi alam pada daerah sekitar kawasan Tambora.
Masalah yang saat ini dihadapi oleh daerah sekitar pelepasan adalah buruknya kondisi Padang rumput akibat pengaruh iklim disaat musim kemarau pada bulan Mei sampai dengan Desember
Doro Ncanga Tempat Pelepasan Ternak
Dalam beternak, masyarakat Dompu bersandar pada sistim tradisional, yaitu kebiasaan beternak dengan cara melepas. Pemeliharaan kerbau Doro Ncanga masih bersifat secara ektensifikasi ke ladang penggembalaan yang kemudian di sebut “So”. Menurut masyarakat sejarah, tradisi So ini telah berlaku lama secara turun temurun. So menurut masyarakat Dompu merupakan Padang penggembalaan ternak milik masyarakat, tempat melepas secara bebas ternak baik kerbau, sapi dan kuda yang suatu saat nanti biasa diambil kembali. Keberadaan So merupakan hak bersama masyarakat Dompu di mana keberadaan So diakui oleh masyarakat setempat dengan batas-batas yang diakui secara komunal. Kepemilikan dalam suatu So dapat melewati batas-batas administrasi Desa maupun Kecamatan.
Pola beternak kerbau di Dompu adalah pola pemeliharaan secara tradisional secara (ekstensif). Ternak kerbau di lepas di so atau bahasa sumbawanya lar kerbau/sahe diikat di pematang-pematang sawah dan ladang, pada malam hari ternak kerbau diikat, pagi, siang, dan sore dilepas. Tujuannya adalah agar ternak kerbau mencari pakan sendiri.