Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), terkenal sebagai salah satu produsen utama bawang merah (Allium cepa L. var ascalonicum) di Indonesia. Bawang merah, selain menjadi komoditas utama sayuran, juga menjadi bumbu dapur yang tak tergantikan dalam berbagai hidangan tradisional. Namun, kendati memiliki potensi ekonomi tinggi, masih ada banyak petani yang ragu untuk terlibat dalam usaha tani bawang merah karena risiko tinggi terhadap kegagalan dan aroma bawang yang kurang tajam di daerah ini.
Dalam upaya mendukung petani dan memanfaatkan potensi tinggi yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa, Dinas Pertanian setempat telah mengambil tindakan konkret. Mereka menyelenggarakan program pengabdian kepada masyarakat bagian dari proyek “The Development of Integrated Farming System in Upland Areas” tahun 2023. Program ini memberikan bantuan kepada petani di wilayah ini dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang bawang merah.
Pemateri pertama, Chairul Anam Afgani S.TP., M.P., memberikan materi yang komprehensif tentang penanganan bawang merah dengan materi berjudul “Aplikasi Hilirisasi, Penyimpanan dan Pemetaan Produksi Pertanian, dimulai dari tahap penanaman yang dilakukan di Desa Serading melalui kelompok tani “Batu Nampar.” Materi tersebut mencakup berbagai aspek, termasuk penanganan hama dan gulma. Pentingnya pembersihan gulma dengan penyiangan manual dan penggunaan herbisida ditekankan untuk memastikan pertumbuhan bawang merah yang optimal. Pemanenan yang dilakukan sekitar 69 hari setelah penanaman juga menjadi fokus, dengan ciri-ciri kerebahan dan perubahan daun yang menguning mencapai 60-70%, serta sebagian umbi yang muncul ke permukaan.
Proses pemanenan bawang merah dilakukan secara manual dengan menggunakan alat khusus menyerupai garpu, memastikan bahwa umbi bawang tidak terluka untuk menghindari kebusukan selama penyimpanan. Pemanenan ini dilakukan secara bersama-sama dengan saling membantu, membantu mengurangi biaya panen per hari sebesar 100 ribu rupiah per orang dengan menyewa tenaga kerja. Selanjutnya, bawang merah disimpan dengan kondisi digantung di atas rak kayu dengan jarak yang tepat, mempertahankan suhu dan kelembaban yang ideal (25-30°C, RH 70-80%). Pengendalian lingkungan penyimpanan ini dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan berat pada bawang merah selama penyimpanan.
Selain itu, Ihlana Nairfana, S.TP., M.Si., memberikan pelatihan dan pendampingan bagi petani dan pelaku usaha bawang merah di Kabupaten Sumbawa dalam acara “Pelatihan Pengembangan Model Bisnis Usaha Tani Program Upland” yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian. Materi yang disampaikan oleh Ihlana meliputi teknik pengolahan umbi bawang merah menjadi berbagai produk turunan, termasuk tepung bawang merah, pickle atau acar, pasta bawang, bawang goreng crispy, dan berbagai varian sambal bawang. Selain teknik pengolahan, peserta juga mendapatkan pemahaman tentang teknik pengemasan dan pelabelan, yang dianggap penting dalam meningkatkan nilai jual produk.
Kegiatan pelatihan ini berlangsung sangat interaktif dan menarik perhatian peserta dengan sesi ice breaking. Peserta aktif mengajukan pertanyaan seputar penggunaan pengawet alami dalam pengolahan, dampak penggunaan pengawet sintetis terhadap kesehatan, strategi pemasaran, dan perhitungan kelayakan usaha.
Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa sangat mengapresiasi kontribusi dosen-dosen dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang telah berbagi ilmu pengetahuan mereka dalam pelatihan ini. Semua upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan memaksimalkan potensi ekonomi mereka, menjadikan Kabupaten Sumbawa sebagai pusat budidaya bawang merah yang kompetitif, dan memastikan pasokan bumbu dapur yang penting untuk masyarakat Indonesia.