Olat Maras, 24/04/2017
Ir. H. Badrul Munir, M.M. mengajak mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) untuk membangun ketahanan pangan NTB. Hal ini diutarakan saat menjadi pembicara Seminar Nasional Development Economic Festival (DEF) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) di Aula Serbaguna UTS.
Seminar bertema “Membangun Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Mandiri di era MEA” tersebut, juga menghadirkan dosen senior Universitas Mataram Dr. Iwan Harsono, dosen UTS Muhammad Nurjihadi, M.Si. dan dihadiri pula 24 peserta perwakilan universitas se-Indonesia yang akan mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional.
Wakil Gubernur NTB periode 2008-2013 ini, membeberkan bahwa Provinsi NTB sejak 2003 hingga sekarang surplus pangan khususnya beras sebesar 450.000 ton atau setara dengan 8 triliun dan disalurkan untuk membantu 5 provinsi yakni Bali, NTT, Kaltim, Papua, dan Sulawesi Tenggara.
Sisi lain, Badrul Munir menyayangkan NTB yang surplus beras, daging sapi dan ikan tetapi pada kenyataannya berbeda terhadap daya serap masyarakat sendiri. Pada realitasnya, masih ada masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan beras. Daya serap terhadap daging di NTB juga masih rendah dengan nilai 5,35 kg perkapita. “NTB surplus beras, 8 kabupaten kota di NTB surplus. Tetapi ada ketimpangan, ketika masuk ke kecamatan surplus, ada desa yang defisit, ketika masuk ke tingkat desa ada RT yang defisit. Inilah yang menjadi persoalan.” tuturnya pada kesempatan yang sama.
Pentingnya ketahanan pangan menurutnya sudah dicanangkan sejak Bung Karno meresmikan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia tahun 1953 yang mengazimatkan bahwa pertanian dan pangan adalah hidup dan matinya sebuah bangsa. Untuk itulah, harapannya kepada mahasiswa UTS agar terus memberikan inovasi dan kreasi untuk mempersiapkan diri menghadapi MEA. Menurut pemantauannya, UTS sangat memberi apresiasi kepada dua hal tersebut.
Tantangan selanjutnya yang harus dipecahkan adalah rendahnya Indikator Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengelola sumber daya alam di NTB. Faktor utamanya karena rata-rata siswa-siswi setelah menyelesaikan studi menengah atas melanjutkan pendidikan tinggi di daerah lain. “Untuk itulah kehadiran UTS salah satunya untuk memecahkan permasalahan IPM. Bagaimana agar tamatan sekolah lain datang ke sini dan itu jelas berpengaruh terhadap Sumbawa.” ungkapnya
Pada akhir materinya, harapan BM agar kaum intelektual tidak hanya diam melihat kondisi negerinya sendiri. “Seminar ini, paling tidak harus membangkitkan semangat perlawanan mahasiswa. Untuk apa ilmu kalau tidak bermanfaat.” tutupnya. (Humas UTS)