Hari Sumpah Pemuda ke-89 menjadi hari yang special bagi civitas akademika Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). Sebab pada upacara peringatan hari bersejarah tersebut, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Mensritek Dikti) RI, Prof. Dr. H.M. Natsir menjadi Inspektur Upacara di Halaman Kampus UTS, Sabtu (28/10). Menariknya, Menristek mengenakan pakaian adat Sumbawa. Ini pengalaman langka dan unik, serta baru pertamakali terjadi di Kabupaten Sumbawa.
Dalam kesempatan itu Menteri Natsir meminta para pemuda dan pemudi terus berpacu guna meningkatkan daya saing bangsa. “Tinggalkan saling menjelek-jelekkan melalui media sosial. Yang harus dilakukan para pemuda adalah bagaimana merajut elemen bangsa agar bisa menghasilkan bangsa yang berdaya saing. Hal ini dirasa sangat penting sehingga Indonesia memiliki peradaban dan daya saing yang tinggi di mata dunia,” ucapnya.
Perguruan tinggi kata Prof Natsir, menjadi ujung tombak kemajuan Indonesia. Karena itu, mahasiswa di samping mengembangkan ilmu pengetahuan di bidangnya, juga harus menjaga kebhinekaan. ‘’Kebersamaan harus kita jaga. Negara dibangun atas dasar komitmen pemuda dari berbagai penjuru. Meskipun berbeda suku dan agama tapi satu untuk Indonesia. berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Berbangsa satu, Bangsa Indonesia,” cetusnya.
Lebih jauh dikatakan Prof Natsir, momentum ini harus menjadi wadah untuk menumbuhkembangkan semangat sumpah pemuda. Selama ini banyak dilupakan sebab Hari Sumpah Pemuda diperingati sebatas seremonial belaka, tapi sifatnya tidak terimplementasi dengan baik. “Sekarang ini bagaimna mewujudkan agar makna Sumpah Pemuda bisa terimplementasi dengan baik,” imbuhnya.
Salah satu implementasi itu adalah melaksanakan empat pilar kebangsaan yaitu NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Wujudnya empat pilar ini telah terimplementasikan di Universitas Tekhnologi Sumbawa karena mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di seluruh nusantara, dari Aceh hingga Papua. Karenanya Ia mengapresiasi pihak UTS yang sudah bisa merekrut mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, kampus bisa dibilang sebagai miniaturnya Indonesia. “Ini salah satu alasan saya menjadi inspektur upacara di sini (UTS). Karena saya melihat Indonesia itu ada di sini,” pungkasnya. (JEN/SR)
Sumber:
samawarea.com