Budayawan atau seniman adalah
pembelajar yang tidak punya masa kadaluarsa. Seseorang yang tersemat padanya panggilan ini menjadi rujukan bagi banyak orang untuk memperdalam keilmuan mengenai budaya itu sendiri. Kepakaran mereka tentunya sangat penting bagi masyarakat demi menjaga serta melestarikan adat seni dan budaya yang telah ada sejak dulu.
Sumbawa sebagai daerah dengan adat budaya yang kental, yang dikenal dengan semboyan Adat Berenti Lako Syara, Syara Berenti Lako Kitabullah pun memiliki banyak sekali tokoh budayawan yang mumpuni. Sebut saja seperti Mustakim Biawan, Hasanudin, Aries Zulkainaen, dan sebagainya. Budayawan menjadi salah satu tokoh sentral yang membentuk daerah bahkan negara kita hingga saat ini, baik melalui sumbangsih pemikirannya juga karya nya. Penghargaan dan apresiasi setinggi-tinggihya patutlah diberikan mengingat jasa mereka sebagai penopang kebudayaan.
Salah satu budayawan Sumbawa yang yang telah memberikan kontribusi bagi eksistensi kebudayaan Sumbawa, baru saja berpulang ke Rahmatullah pada 05/08/2021 yakni DGH. A. Wahab Zakaria, S.Pd atau akrab disapa Haji Aho. Selain dikenal sebagai pendidik yang baik, Haji Aho juga dikenal sebagai maestro Lawas Sumbawa, dimana sebelum wafat, ia tengah menempuh pendidikan S2 di Manajamen Inovasi UTS, serta tergabung sebagai anggota Dewan Kebudayaan kampus. Berpulangnya Haji Aho tentu menyisakan duka yang sangat mendalam untuk masyarakat Sumbawa, dan tentunya sivitas akademika UTS.
Pada semester depan, almarhum Haji Aho berencana akan menyelesaikan studinya, dengan pembimbing Dr. Ahmad Yamin, S.H., M.H. Kemarin (5/8/2021) dalam sidang tertutup yang dihadiri oleh Direktur Sekolah Pascasarjana UTS, Dr. Muhammad Saleh (Ketua Sidang), Rektor UTS Chairul Hudaya, Ph.D (Penguji), Dr. Ahmad Yamin, S.H.,M.H (Pembimbing) dan Dr. Zainuddin, S.H.,M.H. (Penguji) memutuskan kepakaran dan inovasi yang dihadirkan melalui Lawas Haji Aho selama ini layak untuk diberi gelar Magister Manajemen Inovasi. Gelar tersebut akan diberikan kepada ahli warisnya pada saat Yudisium dan Wisuda.
Dalam peranannya sebagai anggota Dewan Kebudayaan UTS,Haji Aho telah turut menggagas dan mensukseskan kegiatan Olat Maras Moving Festival (OMMF) serta terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berkaitan dengan kebudayaan seperti menjadi pembicara pada kegiatan kebudayaan dalam upaya mengintegrasikan lawas ke dalam kurikulum pembelajaran, dan lainnya.
Aries Zulkarnain, Ketua Dewan Kebudayaan UTS yang juga rekan Haji Aho kuliah mengungkapkan, “Orang-orang merasa aneh ketika H. Aho mengikuti Kuliah S2 Manajemen Inovasi di UTS. Dengan semangat yang luar biasa, beliau mampu membuktikan diri sebagai pembelajar sejati. Tesisnya hampir rampung di bawah bimbingan dosen yang selalu mengipasi semangat. Dari pengalaman pribadi kami serta rekan sejawatnya, H. Aho adalah sosok yang sangat luar biasa yang menjadi inspirasi bagi kaum muda dalam hal semangat belajar/menuntut ilmunya patut kita contoh, dan sebarkan”.
Dr. Yamin, dosen pembimbing Haji Aho yang juga rektor IISBUD Samawarea mengatakan bahwa Haji Aho adalah sosok luar biasa dan penuh inovasi. Terinspirasi oleh sastra dalam Alquran, topik tesisnya adalah membuat lawas dengan akhir kata dengan lafal huruf yang sama. Haji Aho telah melakukan bimbingan rutin dengan Dr. Yamin. Kesan mendalam juga disampaikan oleh Dr. Zainuddin yang berkesempatan bertemu Haji Aho pada bulan lalu di KSB. Ia tambah terkesan saat mengingat Haji Aho menjadi imam shalat magrib berjamaah.
Rektor UTS Chairul Hudaya, Ph.D turut kehilangan sosok Haji Aho. “Haji Aho adalah sosok yang menjadi contoh bagi kita semua bahwa belajar itu tidak mengenal sekat sekat usia, tetapi belajar sepanjang hayat. Gelar Magister Manajemen Inovasi ini sangat layak disematkan kepada almarhum Haji Aho untuk senantiasa menghadirkan semangat itu ditengah tengah kita semua. Selamat jalan Haji Aho, semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi NYA”.