Nurul Izzati, S.Si., M.Sc Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama UTS berkesempatan hadir dalam acara EBRC Global Forum 2.0: Review of Synthetic Biology/Engineering Biology National Strategies, sebagai satu-satunya delegasi dari Indonesia pada 20 – 21 Februari 2023 di Hotel Fort Canning Singapura.
“Kegiatan ini merupakan pertemuan internasional yang diadakan oleh Engineering Biology Research Consortium (EBRC) California, USA dan merupakan pertemuan kedua setalah sebelumnya diselenggarakan di California. Acara ini bersifat tertutup yang dihadiri oleh undangan, ada sekitar 53 orang dari 22 negara yang merepresentasikan seluruh benua.” Tutur Nurul menerangkan.
Acara ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Singapore Consortium for Synthetic Biology (Sinergy) Peserta yang hadir memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari praktisi industri, pemerintah, dan akademisi yang sangat berpengalaman.
“Agenda hari pertama adalah presentasi dari perwakilan masing-masing negara terkait perkembangan Biologi Sintetik di negaranya kemudian bagaimana regulasi yang diterapkan oleh pemerintah setempat. Biologi Sintetik merupakan ilmu baru (sekitar dua dekade perjalanan perkembangannya) dari bidang Bioteknologi yang memanfaatkan rekayasa genetika secara terstandar dan mengkombinasikan antara bioinformatika dan biologi molekular dengan tujuan memproduksi suatu bahan kimia, protein, atau penguraian bahan kimia. Biologi Sintetik merupakan salah satu teknologi masa kini dan ke depan yang multidisiplin mampu menjawab tantangan climate change dan menjadi alternatif utama dalam pemenuhan ketahanan pangan, energi, lingkungan, air yang layak, dan isu-isu lainnya.” Jelas Nurul lebih lanjut kaitan kegiatan yang Ia ikuti.
Dalam kesempatan tersebut, Nurul mempresentasikan kaitan perkembangan synbio, potensi dan kendala yang dihadapi selama ini di Indonesia. “Beberapa hal yang saya tekankan adalah pengetahuan terkait synbio di Indonesia baru satu dekade dan awareness akademisi, peneliti dan praktisi meningkat secara signifikan selama 3 tahun terakhir ini. Dari sisi pemerintah, masih sangat minim pemanfaatan maupun regulasi terkait produk-produk synbio padahal Indonesia yang merupakan negara dengan megabiodiversity memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk bioprospecting senyawa kimia yang bernilai jual tinggi. Yang paling berperan terhadap perkembangan synbio di Indonesia adalah akademisi dan komunitas-komunitas yang didirikan oleh alumni-alumni iGEM dari Indonesia.”
Kegiatan hari pertama ditutup dengan diskusi panel dan dinner di residensi kedutaan Inggris untuk Singapore, sedangkan agenda hari kedua adalah diskusi panel yang terbagi dalam 5 sesi. Tujuan dari diksusi panel ini adalah untuk merancang Langkah-langkah strategis terhadap pemanfaatan teknologi Biologi sintetik yang didukung dengan regulasi yang kuat baik dari segi biosecurity maupun biosafety. Hal ini bertujuan selain untuk pemanfaatan yang ramah lingkungan dan menjadi alternatif strategis terhadap climate change dan SDGs, biologi sintetik juga menjadi salah satu jawaban terhadap akselerasi industrialisasi yang berkelanjutan dan menjawab tantangan climate change. Dari dua hari kegiatan yang sangat intensif tersebut, akan ada kegiatan berikutnya untuk menjadikan organisasi global yang dapat menyusun kegiatan nyata di lapangan dan menjawab isu-isu terkini.
