Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) kembali melahirkan sarjana dan magister baru. Hal ini ditandai dengan prosesi wisuda 562 mahasiswanya terdiri dari 509 program sarjana dan 53 program magister yang berlangsung di Ruang Publik Kreatif (RPK) UTS, Kamis (31/8/2023). Para wisudawan ini berasal dari 7 fakultas dengan 20 program studi, ditambah Sekolah Pascasarjana dengan 1 program studi.
Hadir di antaranya Gubernur Nusa Tenggara Barat sekaligus Pendiri UTS, Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc, pejabat mewakili Bupati Sumbawa, Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin ST, Kepala LLDIKTI Wilayah 8 Dr. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, Ketua Yayasan Dea Mas, Niken Saptarini Zulkifliemansyah, M.Sc, Kapolres Sumbawa, Dandim 1607 Sumbawa, Wakil Rektor, para Anggota Senat, Dekan Fakultas/Direktur Sekolah Pascasarjana, keluarga wisudawan, dan mitra strategis UTS.
Rektor UTS, Chairul Hudaya, Ph.D dalam sambutannya, mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah berhasil diwisuda. Ia berharap keberhasilan tersebut menjadi awal dan pintu gerbang bagi keberhasilan besar di masa mendatang.
“Kami juga menyampaikan selamat kepada bapak/ibu orang tua yang terus mendampingi masa studi ananda. Tiada kata yang pantas kami ucapkan, selain mohon maaf apabila selama mendidik putra-putrinya masih banyak kekurangan,” kata Rektor.
Lebih jauh disampaikan Chairul—sapaan ilmuwan dunia ini, Universitas Teknologi Sumbawa adalah rumah yang selalu terbuka dan menyambut kedatangan siapa saja. “Meski telah menjadi alumni, Kampus Elang ini akan selalu terbuka,” ucapnya.
Menurutnya, elang muda—sebutan mahasiswa, diibaratkan benih-benih dari ragam tumbuhan, kampus adalah wadah menyemainya, diberi pupuk, kompos, dan air yang cukup, agar terus bertumbuh.
“Mahasiswa yang hari ini berhasil duduk sebagai wisudawan adalah benih-benih yang berhasil tumbuh menjadi seperti pohon. Pohon yang siap berbunga dan berbuah, bermanfaat untuk masyarakat di sekitarnya. Inilah saat yang tepat untuk memberikan manfaat kepada lingkungan sosial dimanapun nanti anda berada,” pesan Rektor.
Sementara Gubernur NTB yang akrab disapa Bang Zul dalam kesempatan itu menyampaikan cerita inspiratif dari Thailand. Cerita itu mengisahkan seorang pencari kayu, macan dan ular. Dalam cerita itu, seorang pencari kayu di hutan sedang dikejar-kejar oleh seekor macan.
Dalam keadaan panik kakinya terperosok dan jatuh ke dalam sumur. Untung saja ia masih sempat berpegangan pada akar pohon yang menjuntai ke dalam sumur. Ia berpegangan erat pada akar itu, sementara sang macan menunggunya di mulut sumur dengan mulut mengangap siap menerkam si pencari kayu.
Saat sedang berpegangan pada akar ia melihat dua ekor tikus sedang menggerogoti akar pohon tersebut. Pada saat bersamaan pencari kayu melihat dasar sumur, ternyata begitu banyak ular berbisa yang siap menggigit dan memangsanya.
Ketika mendongak ke atas sumur ada sarang lebah madu. Madu pun menetes dari sarang lebah pohon di atas sumur itu. Dengan serta merta pencari kayu membuka mulutnya dan meminum madu tersebut. Seketika dia menikmati madu itu sehingga sejenak melupakan segala bahaya di sekelilingnya. Kisah inipun berakhir tanpa ending.
“Kenapa cerita ini menginspirasi ? karena nenek moyang Bangsa Thailand ini tidak pernah menceritakan akhir ceritanya. Beratus-ratus tahun kisahnya dibiarkan menggantung dan rakyat Thailand setelahnya diberikan kebebasan menentukan sendiri akhir bahagia atau unhappy ending kisah tersebut meski dengan versi yang berbeda-beda,” kata Bang Zul.
Berkaca dari cerita ini, Bang Zul berharap mahasiswa dapat menulis ceritanya sendiri. Jika tidak memilii keberanian menulis ceritanya sendiri, maka ceritanya itu akan ditulis oleh orang lain.
“Mahasiswa dan kita semua memiliki kebebasan untuk menentukan nasib kita sendiri. Mahasiswa memiliki peran dan, tanggung jawab seperti apa yang akan dibangun ke depan. Pastinya mahasiswa itu sendiri yang harus menulisnya dengan baik,” pungkasnya. (SR)