Pemanfaatan Limbah Cangkang Kemiri Sebagai Pencegahan Kematian yang Massive pada Peternakan Udang

Oleh: Shafwan Amrullah, M.Eng (Dosen Teknologi Industri Pertanian Universtitas Teknologi Sumbawa)

Saat ini peternakan udang semakin marak dijadikan sumber usaha di Indonesia. Peternakan udang menjadi salah satu komoditi ekspor yang sangat menjanjikan. Diketahui dari laman website Kementerian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia, bahwa potensi akuakultur peternakan udang di Indonesia sangat besar, yaitu mencapai angka 17,2 juta hektar dengan nilai ekonomi yang juga sangat pantastis, yaitu 250 milyar USD/tahun. Di lain pihak, diketahui juga volume produksi dari peternakan udang ini selalu memperlihatkan trend yang meningkat selama bertahun-tahun, yaitu hingga mencapai 15,7%. KKP-RI juga menjabarkan bahwa trand peningkatan ekspor udang selama 5 tahun terakhir yang tumbuh rata-rata hingga 6,43%.

Hingga tahun 2018 saja, ekspor udang Indonesia mencapai angka 180.000 ton. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan angka 147.000 ton. Akan tetapi, dengan semakin menjanjikannya sektor peternakan udang ini, menciptakan berbagai macam masalah yang dihadapi selama dilakukan kulturasinya. Salah satunya adalah ketidak tercapainya jumlah hasil panen yang diinginkan.

Saat ini, udang yang paling menjanjikan untuk dibudidaya adalah jenis Litopenaeus Vannamei. Jenis udang ini adalah jenis udang putih yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap penikmat udang. Udang vanname bahkan saat ini sangat digemari di seluruh dunia. Bahkan Indonesia sendiri mengalami peningkatan permintaan dari luar negeri setiap tahunnya. Namu, diketahui bahwa, budi daya udang jenis ini juga terkendala pada teknik budidaya yang baik, sehingga panen udang tidak begitu maksimal.

Permasalahan pada proses kultur udang secara umum adalah terjadinya kematian yang massive terhadap bibit udang yang ditebar. Penyebab utama dari masalah ini adalah karena terbentuknya senyawa racun yang ada di perariran akuakultur udang tersebut. Selain itu, penyebaran limbah udang ke lingkungan dapat menyebabkan banyak masalah yang serius. Salah satu dampak utama akibat pembuangan limbah peternakan udang ini adalah terjadinyas sindrom yang dikenal dengan sindorm blue babby.

Selain itu adanya ion ammonia juga menyebabkan kanker dan hipertensi yang parah. Data ini didukung oleh Lembaga Perlindungan Lingukngan Hidup Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa maksimal konsentrasi ammonia dalam air hanya diizinkan sampai 10 Nmg/L, jika lebih dari itu, maka spsesies yang terpapar akan berdampak sangat berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kanker dan kematian.

Pada peternakan udang ini, senyawa racun yang terdiri dari ammonia, nitrat serta nitrit dihasilkan dari berbagai sumber. Namun nitrat tidak terlalu berbahaya. Sumber internal peternakan dapat menghasilkan limbah ammonia, nitrat dan nitrit dari sisa pakan dan kotoran yang dihasilkan dari hasil metabolism udang itu sendiri. Sumber eksternal sendiri yang dapat menghaslikan limbah jenis-jenis itu adalah adanya aliran air yang terkontaminasi dari hasil pembuangan air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir sampah.

Sumber-sumber senyawa ammonia, nitrat, dan nitrit seperti ini tidak bisa dihindari begitu saja, hanya dapat dikendalikan dengan teknik tertentu. Sebagai informasi, kandungan nitrit air yang normal untuk kelas limbah adalah sekitar 10-15 Nm (0,14-0,21 NO2–N μg/L). Namun dengan berjalannya proses kultur, limbah nitrit sendiri meningkat dengan pesat, bahkan mencapai 1,45 nM pada tahap pertengahan, hal ini dapat menyebabkan kematian yang besar terhadap udang tersebut. Hingga saat ini, peternakan udang sangat bergantung kepada hal-hal tersebut.

Telah banyak penelitian yang dilakukan pakar di bidang tersebut, baik dalam maupun di luar negeri. Para peneliti tersebut bersepakat bahwa terjadinya peroses pengurangan spesies ternak udang dapat diatasai dengan solusi rekayasa teknik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan proses bilogis yang ada secara alami di perairan akuakultur tersebut, dimana proses aerasi terus digenjot. Aerasi ini sangat penting dilakukan dengan proses suplai oksigen ke dalam air.

 

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan suplai oksigen kepada bakteri pengurai ammonia dan nitrit, sehingga dapat mengurai senyawa-senyawa beracun itu dengan baik. Perlu diketahui bahwa bakteri pengurai ini disebut dengan Nitosomonas sp. Dan bakteri Nitrobacter. Nitrosomonas berfungsi untuk merubah ammonia menjadi nitrit dan dilanjutkan dengan pengubahan nitit menjadi nitrat oleh Nitrobacter.

Akan tetapi, dengan hanya mengandalkan rekayasa teknik seprti ini pada kenyataannya tidak terlalu berefek pada peningkatan hasil peternakan. Telah diketahui bahwa dengan metode aerasi microbubble pun masih menghasilkan kematian yang besar, yaitu sekitar 40-50% dari total anakan yang dilepas. Sehingga dengan begitu perlu adanya inovasi yang lebih besar lagi untuk mengatasi masalah tersebut.

Beberapa peneliti telah mengembangkan teknologi yang dapat mereduksi amonia maupun nitrit dalam limbah, baik limbah perikanan maupun limbah yang lain. Misalkan yang telah dilakuakan oleh Marchesini dkk. (2020) pada penelitiannya menguanakan serat polimer dengan logam palladium dan indium sebagai pendukung untuk digunakan sebagai absorben dalam mereduksi amonia dan nitrit dalam air. Hasil dari penelitiannya memperlihatkan bahwa Kedua padatan bimetal tersebut menghasilkan selektivitas yang baik terhadap produksi gas N2. Dan Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa situs aktif tetap tidak berubah setelah reaksi.

Kesimpulan dari penelitian ini menghasilkan metode dengan konsumsi reaktan yang rendah dan menghasilkan sedikit limbah. Namun, metode ini tetaplah tergolong mahal, sebab material yang digunakan sulit didapatkan. Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi yang dapat menggantikan material tersebut, sehingga proses dapat dilakukan dengan biaya yang ekonomis dan terjangkau. Salah satunya adalah menggunakan material karbon aktif dari bahan-bahan hasil pertanian yang terjangkau, terutama baha yang berkarbon tinggi. Material seperti ini sangat banyak ditemukan, teruatama di daerah Sumbawa, seperti cangkang kemiri dari limbah kemiri desa Batu Dulang.

Cangkang kemiri memiliki karbon melebihi batok kelapa yang sangat baik, dan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan absorben. Di lain pihak, penggunaan absorben dalam pemurnian limbah amonia dan nitrit akan menghadapi masalah baru, yaitu keterlarutan dalam limbah air, yang akan mengakibatkan absorben tertelan oleh ikan atau udang, sehingga menimbulkan kematian terhadap spesies ternak. Oleh sebab itu, perlu ada inovasi baru dalam hal media pelekat absorber yang baik sehingga dapat menghindari masalah tersebut.

Shafwan Amrullah sebagai salah satu dosen yang berkecimpung di bidang pengolahan limbah memberikan salah satu inovasi baik yang dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan semua malsah tersebut. Dalam upaya penghilangan kadar amonia dan nitrit yang dihasilkan oleh peternakan udang vaname dilakukan dengan menggunakan absorben buatan berbentuk layer berpori yang berisi activated carbon dari limbah cangkang kemiri dengan activator ZnCl2 yang diberi nama absorben BaDAC atau Batu Dulang Activated Carbon.

Adanya inovasi seperti ini dapat dimanfaatkan untuk menyerap kadar ammonia dan nitrit yang ada di limbah peternakan udang. Selain itu dengan adanya inovasi berupa peletakan BaDAC pada media layer berpori memberikan solusi untuk pengaplikasian secara nyata di akuakultur yang ada, sehingga tidak terjadi masalah tambahan.

Adanya hasil penelitian salah satu Dosen Teknologi Industri Pertanian Universitas Teknologi Sumbawa ini memberikan hasil yang cukup baik, yaitu dengan mengurangi 30% kadar ammonia dan nitrit yang ada. Diharapkan dengan penelitian lebih lanjut akan dapat mengurangi kadar senyawa beracun tersebut hingga 50% dan lebih. Namun dengan adanya penemuan ini, tentu peternakan udang akan mengalami perkembangan yang baik dari segi hasil dan impact terhadap lingkungan. 

Perilaku Eksisting Masyarakat Peternak di Sepanjang Sungai Brangbiji Sumbawa dalam Penerapan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM)

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (PSTL FTUI),...

Read MoreApril 3, 2024

Asesmen Lapangan Prodi Sosiologi UTS Terlaksana; Upaya Meningkatkan Standar Pendidikan

SUMBAWA – Program Studi Sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan...

Read MoreApril 3, 2024

Dua Mahasiswi FTLM Wakili UTS dalam Ajang ON MIPA 2024

Sumbawa, 28 Maret 2024 – Dua mahasiswi Universitas Teknologi Sumbawa...

Read MoreApril 3, 2024

UTS Siapkan Elang Muda Untuk Pilmapres Nasional 2024 Mendatang

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (PILMAPRES) Universitas Teknologi Sumbawa tahun 2024 telah...

Read MoreApril 3, 2024