Penulis Husni, S.Pt., M.Si – Dosen Prodi Peternakan Fakultas Ilmu dan Teknologi Hayati, Dr. Umar, S.Pd., M.Pd Dosen Sekolah Pascasarjana Manajemen Inovasi, Muhammad Hidayatullah, M.Sc. Dosen Prodi Tehnik Elektro, Fakultas Rekayasa Sistem
Kabupaten Bima merupakan salah satu wilayah di Nusa Tenggara Barat yang dikenal sebagai wilayah populasi ternak kuda yang cukup tingggi. Kuda yang memiliki arti dalam bahasa Bima yaitu “Jara” merupakan komoditas andalan daerah Bima, bahkan kuda menjadi ikon daerah Bima dalam bentuk patung yang di banggun di berbagai tempat wilayah Bima. Kuda Bima sudah di kenal luas Nusantara sejak pada jaman majapahit.
Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (sutas) NTB Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat yang dipublikasikan pada tahun 2019, di Kabupaten Bima sendiri rumah tangga usaha peternakan yang menjadikan kuda sebagai usaha utamanya yakni mengembangbiakan kuda atau memproduksi susu kuda terdapat 85 rumah tangga, sementara yang memelihara kuda sendiri 569 rumah tangga. Minat untuk memelihara kuda sebagai hewan peliharaan sampai sekarang masih melekat di masyarakat Bima hususnya di Desa Monggo Kecamatan Madapanga.
Pengembangan pengetahuan terhadap pemeliharaan kuda di Bima masih sangatlah minim. Produksi susu yang relatif rendah, serta pemanfaatan pakan yang belum maksimal. Hal ini terjadi karena belum ada pengembangan dari pihak pemerintah sehingga tidak ada pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk menunjang hal tersebut, maka sebagai data dasar sangatlah diperlukan agar melakukan suatu penelitian untuk mengukur pengaruh produksi susu kuda terhadap jenis pakan yang diberikan kepada ternak kuda. Pengaruh suatu pakan merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui agar dapat mendorong peternakan lebih maju lagi. Besar harapan rencana penelitian ini dapat dilaksanakan guna membantu para peternak kuda serta pihak Pemerintah Kabupaten Bima agar mendapatkan suatu informasi penting yang dapat dijadikan suatu patokan terkait penggaruh produksi susu kuda terhadap jenis pakan yang diberikan.
Monggo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Mada Pangga, Kabupaten Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa Monggo diakui sebagai salah satu desa penghasil susu kuda terbanyak di Kabupaten Bima. Kebiasaan masyarakat di Desa Monggo selain bertani yakni memelihara kuda sekaligus memerah guna untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Penggunaan lokasi dan kuda di Desa Monggo didukung oleh banyaknya populasi kuda yang dipelihara sekaligus memerahnya. Belum ada pihak peneliti sebelumnyua yang melakukan penelitian terkait pemberian limbah jagung terhadap produksi susu kuda liar Bima dipelihara secara ekstensif di Desa Monggo Kecamatan Mada Pangga Kabupaten Bima. Di Desa Moggo sistem pemeliharaan Kuda secara ekstensif, Selain masalah modal, peternak yang baru menjalankan usaha ternaknya cenderung menggunakan cara turun-temurun dari nenek moyangnya, sehingga pengetahuan di Desa Monggo dalam beternak masih secara konvensional dan belum mampu mengembangkan usahanya secara lebih baik. Di Kabupaten Bima rata-rata berprofesi sebagai petani dan berladang jagung dalam Bahasa Bimanya adalah Jago, sehingga mereka menjadikan beternak sebagai pekerjaan sambilan dalam usaha tani mereka.
Dengan demikian, pengalaman dalam mengembangkan usaha ternak Kuda Bima bisa dikatakan masih minim. Biasanya, usaha ternak kuda “jara” Monggo Bima masih skala rumah tangga jumlah ternaknya berkisar 1–5 ekor yang biasanya dipelihara secara tradisional di samping rumah. Selain itu, minimnya pengetahuan peternak dalam pengelolaan sanitasi kandang membuat limbah kotoran kuda menumpuk dan mengotori lingkungan.
Limbah yang menumpuk tersebut bisa menjadi penyakit bagi ternak kuda dan lingkungan sekitar. Inilah beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas usaha ternak kuda di Desa Monggo Bima, perlu ada perbaikan produktivitas ternak yang rendah ini harus dipacu dengan mengutamakan perbaikan pakan yang memadai melalui pemanfaatan sumber daya lokal, pengelolaan sumber pakan, perbaikan kesehatan ternak, dan pengembangan sistem.
Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sukses tidaknya usaha Peternakan kuda yang ada di Bima. Salah satu upaya dalam pengadaan pakan bagi ternak kuda atau “jara” adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan serta pemanfaatan limbah dan hasil samping komoditi pertanian tidak terlepas dari semakin sulitnya memperoleh hijauan pakan ternak karena semakin banyaknya usaha peternakan kuda Bima. Jerami padi dan jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pakan dan terdapat hampir diseluruh di Bima dan Dompu.
Penggunaan jerami sebagai bahan pakan mempunyai beberapa kriteria yang tidak diinginkan yaitu mempunyai kandungan protein kasar, Ca dan P yang rendah masing-masing adalah 3 – 5%, 0,15% dan 0,10% serta kandungan serat kasar yang tinggi (31,50 – 46,5%) akibatnya menimbulkan kecernaan yang rendah yaitu 30 – 35% (Komar, 1984. Jerami padi sebagai pakan ruminansia yang potensial untuk mengatasi keterbatasan hijauan. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan limbah jerami padi dan jagung untuk dijadikan sebagai pakan kuda untuk meningkatkan produksi susu.
Akan tetapi nutrisi dan kecernaan jerami padi yang rendah serta kandungan silika dan lignin yang tinggi membutuhkan suplementasi protein dan energi dalam penggunaannya sebagai pakan. Optimalisasi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak salah satunya adalah dengan fermentasi menggunakan probiotik MA-11 yang bertujuan untuk meningkatkan populasi mikroba di dalam tubuh ternak kuda sehingga daya cerna jerami padi juga dapat meningkat. MA-11 merupakan probiotik cair yang mengandung sebagian besar bakteri yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi ternak.